SIM RS, Harus Menggunakan Web Base atau Desktop?
Sekitar bulan September 2006 yang lalu, saya sempat ditanya oleh seorang personil di sebuah rumah sakit, sebut saja namanya X. Si X ini bertanya kepada saya, "Pak, katanya SIM RS yang bagus itu harus menggunakan web base, ya? katanya kalau desktop itu teknologi yang ketinggalan jaman? katanya kalau menggunakan web base tidak perlu repot-repot instalasi di setiap komputer? katanya kalau menggunakan desktop kalau 1 komputer bermasalah, lainnya akan otomatis terganggu? katanya eGovernment saja menggunakan web base, masa SIM RSnya menggunakan desktop? Kalau menggunakan desktop katanya tidak bisa diakses dari pihak eksekutif yang notabene berbeda gedung dengan rumah sakit?"
Demikianlah berondongan pertanyaan tersebut mengalir dari si X yang menurut saya menjadi korban promosi sepihak dari salah satu penyedia sim rs atau bisa jadi si X ini adalah seorang yang awam terhadap teknologi.
Lalu, bagaimana baiknya? apakah sim rs harus menggunakan web base atau desktop? kita jawab satu persatu dari pertanyaan si X ini.......
"Pak, katanya SIM RS yang bagus itu harus menggunakan web base, ya?
Sebelum menjawab semua pertanyaan tersebut, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu karakter dari web base dan dekstop application ini.
Teknologi web base ketika dikembangkan ditujukan untuk aplikasi-aplikasi yang membutuhkan accessibility alias kemudahan akses bagi pengguna alias dimanapun lokasi pengguna akan dengan mudah menggunakan aplikasi tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang operating system, maka karakter web base turut berkembang dengan menambahkan kemampuan portability alias kemampuan multi platform alias aplikasi web base bisa dijalankan di berbagai operating system.
Mengapa aplikasi web base bisa dijalankan di berbagai operating system? itu karena aplikasi web base tidak memerlukan program aplikasi di komputer client-nya melainkan hanya membutuhkan internet browser (microsoft internet explorer, mozilla fire fox, crazy browser, dll) untuk menjalankan aplikasi yang ada di server. Untuk itu, server untuk aplikasi web base harus mempunyai web server, program aplikasi sim rs dan database server.
Sedangkan untuk desktop application, sejak semula dikembangkan memang diarahkan untuk membantu process execution time alias membantu mempercepat pekerjaan user alias berfokus pada peningkatan eksekusi sebuah proses pekerjaan. Aplikasi berbasis desktop tidak terlalu mempertimbangkan faktor-faktor seperti pada karakter aplikasi berbasis web.
Jika server untuk aplikasi berbasis desktop mempunyai 3 komponen utama (web server, program aplikasi sim rs dan database server), maka server untuk aplikasi berbasis dekstop hanya membutuhkan 1 komponen yaitu database server.
Dari penjabaran karakter antara aplikasi berbasis web dan berbasis desktop di atas, kita bisa mengetahui bahwa pertanyaan mengenai "SIM RS, harus mengunakan web base atau desktop?" sangatlah terlalu dini untuk dijawab. Mengapa? karena pada dasarnya sim rs sendiri digunakan oleh berbagai fungsi / layanan pengguna di sebuah rumah sakit, dimana setiap fungsi / layanan pengguna memiliki karakter tersendiri dalam melakukan pekerjaannya. ada fungsi / layanan pengguna di rumah sakit yang lebih membutuhkan aplikasi yang membantu mempercepat pekerjaannya (registrasi, tindakan, rekam medis, kasir, dll) dan ada fungsi di rumah sakit yang lebih membutuhkan accesibility (Medical checkup, sistem informasi eksekutif, dll).
Berdasarkan karakter fungsi / layanan pengguna di rumah sakit tersebut, alangkah baiknya jika pertanyaan "SIM RS, harus mengunakan web base atau desktop?" kita pertajam dahulu menjadi "SIM RS untuk fungsi layanan XXXX, harus mengunakan web base atau desktop?" baru kita mulai berbicara solusi atau jawabannya.
Untuk konteks ini ada baiknya kita berpikir out of the box, "Bukankah aplikasi berbasis desktop dan berbasis web sah-sah saja digunakan secara bersamaan dalam sebuah sim rs sebagai solusi bagi rumah sakit? mengapa harus mengacu pada web base atau desktop saja?" pertanyaan terakhir ini bisa dikembalikan oleh pihak rumah sakit kepada pihak penyedia sim rs sebagai tuntunan bagi pihak rumah sakit untuk mengetahui apakah pihak penyedia sim rs sudah berorientasi pada pelanggan (customer oriented) atau elum, karena jika penyedia sim rs belum customer oriented, bisa dipastikan penyedia sim rs tersebut belum bergerak di bidang services melainkan masih di bidang product selling dan ujung-ujungnya akan mengarah pada penjualan mass production dimana hal ini tentunya bukan merupakan solusi bagi rumah sakit dimana setiap rumah sakit adalah unik, tidak ada yang sama persis sekalipun pengelolanya sama.
"Katanya kalau desktop itu teknologi yang ketinggalan jaman?"
Sangat mudah sekali menjawab pertanyaan ini, kalau memang aplikasi berbasis desktop ketinggalan jaman, mengapa aplikasi POS di supermarket-supermarket tidak menggunakan web base? Dan tentu saja jawabannya ada pada perbedaan karakter antara web base dan desktop dimana perbedaan itulah yang seharusnya kita manfaatkan sesuai dengan kebutuhan fungsi / layanan pengguna. Ketika fungsi / layana pengguna tersebut membutuhkan kecepatan, kita berikan solusi menggunakan aplikasi berbasis dekstop. Namun ketika fungsi / layanan pengguna tersebut membutuhkan accessibility, kita berikan solusi menggunakan aplikasi berbasis web.
Jadi antara web base dan desktop juga bukan masalah lebih modern yang mana, melainkan kembali lagi kepada bagaimana karakter dari fungsi / layanan pengguna dan pada akhirnya berdasarkan karakter fungsi / layanan pengguna tersebut solusi yang manakan yang paling tepat, akan menggunakan aplikasi berbasis web atau aplikasi berbasis desktop....
"Katanya kalau menggunakan web base tidak perlu repot-repot instalasi di setiap komputer?"
Memang benar karena karakter dari web base yang hanya membutuhkan web browser di komputer client, maka kita hanya butuh melakukan instalasi web browser saja di setiap komputer client (saat ini hampir semua operating system menyertakan web browser dalam paket instalasinya). Hal ini merupakan keuntungan dari aplikasi berbasis web dimana hal ini secara otomatis mempermudah proses instalasi dan pemeliharaan dari aplikasi berbasis web. Berbeda dengan aplikasi berbasis desktop yang harus melakukan instalasi aplikasi di setiap komputer client, maka aplikasi berbasis web ini hanya melakukan instalasi aplikasi di server saja.
Tetapi pihak rumah sakit harusnya tidak usah terlalu merisaukan karena :Pertama, proses instalasi aplikasi merupakan tugas dari penyedia sim rs. jadi proses instalasi sim rs ini dilakukan oleh penyedia sim rs, bukan oleh rumah sakit.
Kedua, rumah sakit sebagai pengguna jasa sim rs, lebih baik memfokuskan assessment-nya pada bagaimana user atau SDM rumah sakit lebih mudah dan nyaman dalam melakukan tugasnya dengan didukung oleh sim rs daripada memfokuskan assessment-nya pada bagaimana proses instalasi yang mudah karena proses instalasi adalah tugas dari penyedia sim rs. Dalam konteks ini yang dibeli oleh sebuah rumah sakit adalah manfaat dari sim rs bukan hanya sekedar kemudahan instalasi dan pemeliharaan. Untuk itu, yang pertama dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah melakukan men-define karakter fungsi / layanan pengguna, baru kemudian menentukan web base atau dekstop application yang cocok untuk fungsi / layanan pengguna tersebut, baru kemudian menentukan strategi implementasinya. Tetapi perlu diingat, penyedia - penyedia sim rs yang berfokus pada mass production biasanya enggan melakukan hal-hal tersebut karena jika ujung-ujungnya mereka harus melakukan customize terhadap produknya, mereka akan merasa kesulitan karena konsep mereka adalah mass production, bukannya services.
"Katanya kalau menggunakan desktop kalau 1 komputer bermasalah, lainnya akan otomatis terganggu?"
Pernyataan ini merupakan salah satu false letter dari pihak yang tidak bertanggungjawab, dimana pihak rumah sakit di masa-masa mendatang harus segera mengambil sikap yang tegas dan jelas atas pihak yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti ini.
Dalam aplikasi berbasis web, server mempunyai 3 komponen yaitu :
Pertama, web server, yang berfungsi menangani web browser - web browser dari komputer client ketika melakukan aktifitasnya di server Kedua, program aplikasi sim rs danKetiga, database serverSedangkan komputer client hanya berisi web browser.
Semua akses ke program aplikasi sim rs yang dilakukan oleh web browser - web browser di komputer client semuanya melalui web server dahulu sebelum sampai pada aplikasi sim rs. Disini ada 4 kemungkinan kerusakan dengan masing-masing akibatnya yaitu :
Pertama, jika web browser mengalami masalah, otomatis semua komputer client tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs. Kedua, jika program aplikasi yang rusak, otomatis semua komputer client tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs.Ketiga, jika database server yang rusak, otomatis semua komputer client tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs.Keempat, jika web browser di komputer client yang rusak, otomatis hanya komputer client tersebut yang tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs.
Sebaliknya jika menggunakan aplikasi berbasis desktop, server hanya berisi database server dan komputer client berisi program aplikasi sim rs. Dengan kondisi seperti ini hanya ada 2 kemungkinan kerusakan :
Pertama, jika database server yang rusak, otomatis semua komputer client tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs.Kedua, jika program aplikasi sim rs di komputer client yang rusak, otomatis hanya komputer client tersebut yang tidak akan bisa menjalankan aplikasi sim rs.
Dari paparan di atas bisa sama-sama kita lihat dengan jelas bahwa pada penggunaan aplikasi berbasis web mempunyai 4 kemungkinan kerusakan sedangkan pada aplikasi berbasis desktop hanya mempunyai 2 kemungkinan kerusakan.
Jadi jika pada bahasan sebelumnya disebutkan untuk instalasi dan pemeliharaan memang aplikasi berbasis web lebih mudah, tetapi mempunyai resiko kerusakan yang lebih tinggi, sedangkan pada aplikasi berbasis desktop memang pada saat proses instalasi dan pemeliharaan tetapi memiliki resiko kerusakan yang lebih rendah.
Tetapi sekali lagi, semua ini adalah resiko teknis yang seharusnya menjadi tugas dari pihak penyedia sim rs yang memikirkan bagaimana cara penanganannya, sedangkan bagi pihak rumah sakit sebagai pembeli, tugas rumah sakit adalah menentukan manakah yang lebih sesuai dengan karakter fungsi / layanan pengguna sim rs, menggunakan web base ataukah desktop, itu saja. Selanjutnya mengenai instalasi dan pemeliharaan, sekali lagi, merupakan tugas penyedia sim rs untuk memikirkannya.
Dengan lebih berfokus kepada mana yang lebih sesuai untuk karakter fungsi / layanan penggunanya, pihak rumah sakit akan benar-benar bisa merasakan manfaat sim rs sebagai pendukung dari setiap aktifitas di rumah sakit.
"Katanya eGovernment saja menggunakan web base, masa SIM RSnya menggunakan desktop?"
Untuk pertanyaan ini, jawabannya masih sama dengan jawaban-jawaban sebelumnya, SIM RS tidak semuanya mesti menggunakan desktop, melainkan tergantung dari kebutuhan setiap fungsi / layanan pengguna. Demikian juga dengan eGovernment, tidak semua aplikasi eGovernment menggunakan web base sebagai solusi terbaik, melainkan kita kembalikan dahulu kepada karakter dari fungsi / layanan penggunanya.
"Kalau menggunakan desktop katanya tidak bisa diakses dari pihak eksekutif yang notabene berbeda gedung dengan rumah sakit?"
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita perjelas terlebih dahulu maksud dari "diakses". Disini menurut saya kata "diakses" di sini mempunyai 2 arti yaitu :
Pertama, program aplikasi SIM RS diakses oleh pihak eksekutif alias dalam konteks ini program sim rs bisa dijalankan oleh seorang eksekutif, katakanlah walikota atau bupati.
Kedua, datanya (data rumah sakit) diakses oleh pihak eksekutif untuk mendapatkan informasi-informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.
Dari 2 pengertian di atas tentunya kita sama-sama dan sepakat bahwa pengertian pertama tidaklah mungkin dilakukan oleh seorang eksekutif. Apakah mungkin pihak eksekutif berkeinginan menjalankan program kasir sebuah rumah sakit? tentu saja pengertian ini sangat konyol, tetapi menurut saya juga penting untuk dipaparkan untuk memperjelas pengertian dari kata "diakses" di atas.
Jadi saat ini kita sama-sama sepakat bahwa yang dimaksud kata "diakses" adalah pihak eksekutif mempunyai kepentingan untuk mengakses data rumah sakit.
Jika data adalah yang dimaksud dalam kata "diakses", maka "pertanyaan apakah sim rs harus menggunakan web base atau desktop" tidaklah relevan dipertanyakan dalam konteks ini. Mengapa? karena kemampuan data untuk diakses dari berbagai lokasi tidaklah tergantung pada aplikasinya berbasis web atau berbasis desktop melainkan tergantung pada fitur produk database server-nya dan kondisi infrastrukturnya.
Pada era sekarang ini, hampir semua database baik itu database server maupun file server, asalkan infrastruktur komunikasinya memadai bisa diakses dari berbagai lokasi. Hanya saja, kita butuh memilih database yang kita gunakan karena terkait dengan kebutuhan akan keamanan data dan kecepatan aksesnya. untuk kedua hal ini, maka pilihan mau tidak mau jatuh kepada database dengan teknologi yang terbaik dan terbaru yaitu database server.
Dalam database server sendiri ada banyak sekali pilihan, diantaranya yang terbaik misalnya microsoft SQL Server dan Oracle. Baik MS SQL Server maupun oracle, kedua-duanya mendukung akses data wireless (internet, wave lan, dial up, dll) sehingga datanya bisa diakses dari berbagai lokasi.
Untuk kasus ini, bahkan saya pernah menangani program aplikasi dengan menggunakan salah satu dari 2 database server tersebut untuk 2 lokasi yaitu Jakarta dan Singapura dengan menggunakan aplikasi DESKTOP.
So, tentunya tidak hubungannya antara pemilihan aplikasi web base dan desktop dengan kemampuan akses data dari berbagai lokasi.
KESIMPULAN
Berkaitan dengan kejadian ini, alangkah baiknya pihak rumah sakit lebih waspada dalam menanggapi suatu ionformasi karena bisa saja informasi tersebut merupakan false education atau bisa dikategorikan sebagai false letter dari pihak penyedia sim rs dimana informasi yang mereka sediakan tentunya untuk menguntungkan mereka sendiri.
Selain itu alangkah baiknya jika pihak rumah sakit juga menyadari bahwa dahulu, marketer berprinsip "bagaimana membantu membeli", tetapi sekarang karena berbagai macam alasan para marketer telah beralih prinsip menjadi "bagaimana memaksa membeli" atau "bagaimana cara menjual", termasuk salah satunya dengan memberikan false education atau false letter tersebut.
Memang tudingan ini terkesan kejam, tetapi lebih kejam lagi efek dari false education atau false letter ini dimana mindset yang tertanam di setiap personil rumah sakit di Indonesia menjadi keliru dan absurd.
Semoga pesan ini juga ditangkap oleh para akademisi di Indonesia agar membantu memberikan edukasi yang baik kepada setiap personil rumah sakit di Indonesia.
Semoga pesan ini juga ditangkap oleh para marketer di Indonesia agar bersama-sama kita kembali ke prinsip "bagaimana membantu membeli" demi kemajuan Indonesia kita tercinta ini.....Indonesia maju, bisnis juga berjalan dengan baik.....